Welcome Note

Dear Visitors,
Welcome to this blog. You may or may not find what you are looking for here. In anycase, feel free to look around and browse the content. This is basically a space for me to share what little that I know from my experience and from 'peeping' into others' blogs. Oh, the wonder of internet! I do hope you can get some 'things' from this blog. Enjoy and have a great life!

Senin, 10 Juni 2013

Pengaruh Kata-kata Positif dalam Membentuk Karakter Anak

Mata Kuliah: Metode Penelitian 

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti serta jasmani anak agar dapat meningkatkan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak tersebut selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan merupakan kegiatan-kegiatan yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani, dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Dalam ensiklopedia bebas, Wikipedia, pendidikan didefinisikan sebagai "usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprbadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya oleh masyarakat".
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu upaya kegiatan yang direncanakan dengan tujuan tertentu yaitu memberikan pengaruh positif yang membantu anak (peserta didik) dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya yang tercermin dalam budi pekerti dan akhlak mulia yang dimilikinya sehingga mereka mampu menjadi sosok manusia yang sesungguhnya, yang berguna bagi dirinya sendiri dan juga masyarakatnya.
2.1.2 pembentukan karakter
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan yang tercipta melalui pembiasaan-pembiasaan terhadap suatu tindakan dalam suatu kondisi tertentu. Karakter bangsa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan dalam Kemendiknas RI adalah beriman dan bertaqwa, jujur dan bersih, santun dan cerdas, bertanggungjawab dan kerja keras, disiplin dan kreatif, peduli dan suka menolong. Demikianlah pembentukan karakter bangsa yang diamanatkan kepada para pendidik dan orang tua, serta masyarakat terhadap generasi muda penerus bangsa ini. Bapak Pendidikan Indonesia mencantumkan tiga domain dalam pendidikan karakter, yaitu cipta (kognitif) rasa (afektif), dan karsa (konatif). Hal ini sejalan dengan apa yang jelaskan oleh Lickona (1991) dalam bukunya Educating for Character, yang memperhatikan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing, kognitif), perasaan tentang moral (moral feeling, afektif) dan tindakan moral (moral action, konatif). Pengertian  kognitif pada diri anak dapat dikembangkan melalui pendidikan formal maupun informal.  Peserta didik belajar dan dibantu untuk mengerti apa nilai - nilai yang berlaku dalam masyarakat dan mengapa nilai itu harus dilakukan untuk memajukan kehidupan mereka.
Menanamkan karakter pada anak memerlukan model atau contoh dari orang-orang dewasa di sekitarnya, khususnya dari para orang tua atau guru sebagai persona yang disegani. Disinilah peranan penting orang tua dan para guru dalam pembentukan karakter seorang anak.
2.1.3 Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Unsur penting dalam pembentukan karakter adalah pikiran. Joseph Murphy mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dua ciri pikiran yang berbeda yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Pada kenyataannya, dalam keseharian kehidupan manusia, pikiran sadar mempengaruhi hanya 12% dari  kemampuan otak sementara pengaruh pikiran bawah sadar jauh lebih signifikan. Menurut penuturan Adi W. Gunawan, seorang hypnotherapist terkenal, pikiran bawah sadar sifatnya sangat sugestif dan dapat mempengaruhi perilaku seorang manusia secara luar biasa. Seorang manusia secara alamiah, dalam rentang usia batita ataupun balita, belum memiliki kemampuan bernalar. Dalam kondisi ini, pikiran bawah sadar  menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya oleh   Orang-orang terdekatnya (orang tua, lingkungan keluarga, pengasuh, dll) diserap dan diterima sepenuhnya tanpa dipilah ataupun dinilai baik atau buruk. Dari sanalah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah mulai terbangun. Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika misalnya seorang anak terlahir dalam suatu keluarga yang sering mengalami keributan, dalam rumah tangga yang suka bertengkar dan berteriak-teriak kepada sesama anggota keluarga,  anak tersebut dapat berkesimpulan sendiri bahwa bertengkar dan berteriak merupakan suatu hal yang 'normal dan sah-sah saja' dalam berkehidupan sehari-hari. Jangan heran bila lantas sang anak menjadi seorang anak yang pemarah. Namun apabila orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab dan harmonis, berkata lembut dan penuh kasih sayang, anak akan membawa karakter dan kebiasaan yang itu ke dalam pergaulannya. Semua ini akan berdampak saat mereka tumbuh dewasa.
2.1.4 Pengaruh Kata-kata Positif
Kata-kata positif atau kalimat positif adalah ucapan-ucapan yang berkonotasi baik dan memberikan perasaan menyenangkan bagi yang mendengarnya. Kata-kata baik yang diucapkan dengan perasaan yang baik, mampu memancarkan aura positif yang dapat mempengaruhi suasana hati  menjadi positif pula. 
Penelitian Dr. Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata positif terhadap benda-benda, seperti air, mampu mengubah kristal air menjadi sangat indah, dibandingkan ketika air yang sama diberi penguatan kata-kata negatif yang membuat kristal air tersebut rusak tak berbentuk. Bayangkan pengaruh kata-kata terhadap diri kita, manusia yang 70% tubuhnya terdiri dari cairan. 
Pada dasarnya, kata-kata yang diucapkan oleh manusia memberikan getaran yang menyampaikan perasaan kita terhadap manusia yang lain. Demikian pula halnya saat kita menggunakan kata-kata positif terhadap anak, tersampaikan pulalah perasaan kita yang positif itu sehingga membekas di hati anak dan berperan dalam pemilihan kata yang akan digunakan oleh anak tersebut yang pada waktunya akan turut membentuk karakter dan kepribadiannya.

3 Joseph Murphy D.R.S., Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, (Jakarta, SPEKTRUM, 2002), h. 6.

4 Adi W. Gunawan, Hypnosis – The Art of Subconscious Communication, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) h. 27-30.



2 komentar: