Welcome Note

Dear Visitors,
Welcome to this blog. You may or may not find what you are looking for here. In anycase, feel free to look around and browse the content. This is basically a space for me to share what little that I know from my experience and from 'peeping' into others' blogs. Oh, the wonder of internet! I do hope you can get some 'things' from this blog. Enjoy and have a great life!

Selasa, 02 Juni 2015

Panduan Untuk Menjawab Soal TAP

Indikator Soal TAP
Buku Panduan TAP FKIP UT menyebutkan ada 3 (tiga) kompetensi yang diuji meliputi:

Kemampuan mengidentifikasi kelebihan atau kelemahan suatu peristiwa pembelajaran eksak dan non eksak di SD.
Kemampuan menganalisis kelebihan dan kelemahan pembelajaran eksak dan non eksak di SD
Kemampuan mengembangkan alternatif pemecahan masalah pembelajaran eksak dan non eksak di SD beserta alasannya dalam rangka perbaikan kelemahan atu peningkatan kualitas pembelajaran yang disajikan dalam kasus/permasalahan pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan kelas.
Aspek-aspek yang harus dikuasi mahasiswa meliputi: a) aspek materi pelajaran, b). Pendekatan/metode/teknik pembelajaran, c). Penggunaan media pembelajaran, d). Pengelolaan kelas, e). Ketrampilan dasar mengajar dan f). Pelaksanaan evaluasi


1. Penguasaan Bidang Ilmu
Kuasai materi SD untuk 5 mapel (IPA, IPS, BI, Mat, PKn) mulai dari kelas 3 sampai kelas 6.

2. Pemahaman Peserta Didik
Pahami siapa yang menjadi audience, pahami psikologi belajar untuk siswa SD.

3. Pembelajaran yang mendidik.
Anda harus menguasai kompetensi yang harus dimilik guru, kuasai 8 kompetensi mengajar:
4. Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Ciri guru profesional:
a. Memahami materi dengan baik
b. Mampu mengajarkan dengan baik
c. Mampu menilai kinerja sendiri diantaranya melalui PTK

Langkah-langkah PTK untuk menyelesaikan kasus pembelajaran:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Alternatif pemecahan masalah
4. Rumusan masalah
5. Tujuan perbaikan pembelajaran
6. Rencana Perbaikan Pembelajaran:
- Kegiatan awal
- Kegiatan inti, dan
- Kegiatan akhir
7. Alasan mengapa anda memilih alternatif pembelajaran seperti itu (didukung teoritik)

PENGUASAAN BIDANG ILMU
Berdasarkan rumusan masalah, dalam rancangan pembelajaran ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perbaikan pembelajaran di SD yaitu:

a.       Langkah perbaikan pembelajaran harus sistematis.
Menurut Gagne dan briggs, skenario perbaikan pembelajaran, harus sistematis

-     kegiatan awal
 melakukan apersepsi
membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
-          kegiatan inti
 menyampaikan tujuan pembelajaran khusus kepada siswa
mengingatkan dan sedikit mengulas kompetensi prasyarat (Pre requsite material)
menyampaikan alternatif pembelajaran yang akan di tempuh siswa.
membahas materi pembelajaran atau menyampaikan materi pembelajaran
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
melaksanakan penilaian proses di sela-sela penyampaian materi pelajaran
memberikan penguatan terhadap respon siswa yang positif
-          kegiatan akhir
 melaksanakan umpan balik
menyimpulkan materi pembelajaran yang telah di sampaikan
melaksanakan penilaian hasil/evaluasi
melaksanakan tindak lanjut pembelajaran
mengemukakan tentang topik yang akan di bahas pada waktu yang akan datang
menutup kegiatan pembelajaran

b.      Model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa SD
Menurut Robert J. Havighurt, anak usai SD memeiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar, dan bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak belajar atau bekerja dalam kelompok, dan anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan penemuan informasi.

c.       Model pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD
Menurut Jean Piaget, anak usia SD (7-11 tahun) berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini yang dipikrikan oleh anak hanya terbatas benda-benda konkret (yang dapat dilihat dan diraba). Benda yang tidak tampak pada kenyataan masih aulit dipikirkan oleh anak-anak

Kata Kohlberg dan Giligan, “yang paling utama penyebab terjadinya kesulitan belajar pada anak SD, karena adanya upaya mengajarkan materi abstrak kepada anak-anak yang berada pada masa operasional konkret.”

Kedua pendapat di atas memberikan rambu-rambu (guidelines) bahwa guru harus mampu mengeksploitasi sumber daya dan sumber belajar yang ada untuk di jadiakn sumber dan media pembelajaran, karena pada anak usia ini, materi pembelajaran akan mudah dipahaminya jika disajikan dengan menggunakan objek-objek konkret (dapat dilihat dan diraba), dan anak terlibat langsung di dalam pembelajaran serta penemuan informasi.

d.      Model pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik ilmu dan teori belajar
Mata Pelajaran IPA
Menurut Carin Arthur, IPA (sains) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu produk IPA (konsep,prinsip,teori,hukum), proses IPA (merupakan seperngkat ketrampilan yang di gunakan para ilmuwan untuk menemukan produk IPA), dan sikap ilmiah, yaitu sikap yang harus dimiliki seorang ilmuwan (jujur, terbuka, tidak mudah putus asa, ulet, dan yang lainnya).

Implementasi dalam pembelajaran, guru jangan hanya membelajarkan materi ke-IPA-an, tetapi juga harus mampu mengajak siswa berproses, siswa belajar seperti halnya para ahli belajar dan bekerja dalam menemukan produk IPA tersebut.

Pendekatan andalan untuk pembelajaran IPA adalah pendekatan ketrampilan proses dengan metode : inkuiri, discoveri, demonstrasi, eksperimen.pemecahan, masalah, dll

Mata Pelajaran Matematika
Menurut Zolton P. Dienes, matematika pada dasarnya merupakan studi tentang pemisahan-pemisahan hubungan antara struktur-struktur dan mengategorikan hubungan diantara struktur-struktur. Karena itu dalam proses pembelajaran di SD harus disajikan dalam bentuk yang konkret. Ini mengandung arti, konsep, hukum, teorema akan mudah dipahami dengan baik, kalau guru ,mampu memanipulasi konsep, hukum atau teorema tersebut melalui suatu benda-benda atau objek-objek nyata

Pendekatan unggulan untuk pembelajaran matematika, adalah pendekatan proses konsep dan pembuktian dengan metode demonstrasi, pemecahan masalah, inkuiri, penugasan, dan yang lainnya. Strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik meliputi: problem solving, problem possing,open-ended problem, mathematical investigation, guided discovery, Constektual learning dan kooperatif learning.

Mata Pelajaran IPS/PKn
Menurut Balen, PKn merupakan bidang studi yang membekali siswa untuk mampu mrngrmbangkan penalaran, di samping aspek nilai dan moral. Peran guru dalam pembelajaran PKn mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan ketrampilan. Ketrampilan yang diproses adalah ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, dan ketrampilan praktis.

Ketrampilan berpikir dikembangkan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis melalui proses pembelajaran dengan model pengemabangan berpikir kritis. Ketrampilan sosial dan praktis melalui dialog kreatif. Ketiga ketrampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang interaktif anatara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, melalui penggunaaan lingkungan sebagai sumber dan media pembelajaran

Pendekatan unggulan untuk pembelajaran PKn, adalah pendekatan lingkungan dengan metode: inkuiri, pemecahan masalah, karya wisata, bermain peran, penugasan, dan yang lainnya.

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Menurut Hendri Guntur Tarigan, dalam pembelajaran Bahsa Indonesia, ada empat ketrampilan yang harus dikembangkan yaitu ketrampilan yang harus dikembangkan yaitu ketrampilan membaca, ketrampilan menyimak, ketrampilan menulis dan ketrampilan berbicara. Keempat ketrampilan tersebut harus terintegrasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Pendekatan unggulan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pendekatan komunikatif, pendekatan ketrampilan proses, pendekatan whole language, dengan metode: diskusi, inskusi, sosiodrama/bermain peran, tanya jawab, penugasan, latihan, bercerita, pemecahan masalah atau karya wisata.

Penegasan Istilah
Pendekatan/Strategi/Metode
Pengertian Pendekatan menurut Udin Saripudin Winataputra kata pendekatan  berasal dari kata (Bahasa Inggris) “approach” yang artinya penghampiran, jalan, tindakan mendekati. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru atau pembelajar untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa belajar. Pendekatan lebih bersifat konseptual artinya terjadi dalam pikiran guru yang menjadi kerangka untuk melakukan tindakan pembelajaran.

Contoh Pendekatan Pembelajaran:

-          Pendekatan sistem,

-          Pendekatan didaktis,

-          Pendekatan kognitif

-          Pendekatan Ketrampilan Proses

-          Pendekatan Lingkungan

-          Pendekatan Konsep

-          Pendekatan Humanistik

Pengertian Strategi berasal dari kata (Bahasa Inggris) Strategy artinya akal atau siasat. Strategi pembelajaran merupakan urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk mensuasanai siswa dalam mencapai tujuan belajar. Strategi bersifat operasional. Menurut Atwi Suparman (1993) secara pokok terdapat kegiatan yang tercakup dalam strategi umum pembelajaran yaitu: 1). kegiatan pra instruksional, 2). penyajian informasi, 3). partisipasi siswa dan 4). tindak lanjut.

Contoh Strategi Pembelajaran:
-          Strategi deduktif
-          Strategi Induktif

Pengertian  Metode menurut Udin Saripudin Winataputra kata  metode  berasal dari kata (Bahasa Inggris) “Method” yang artinya cara, teknik. Metode pembelajaran diartikan cara yang digunakan oleh guru dan siswa dalam mengolah informasi (fakta,konsep,data) pada proses belajar mengajar yang memungkinkan terjadi langkah tertentu.

Contoh Metode Pembelajaran:

-          Diskusi                                                 – Simulasi

-          Eksperimen                                           – Driill

-          Demonstrasi                                          – Penugasan

-          Karya Wisata                                         – Ceramah

-          Inquiry                                                  –  Discoveri

-          Tanya jawab                                          – Ekpositori

-          Bermain peran                                       – Outdoor activity


Teori-Teori Belajar
Guru  yang profesional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.    Ada  beberapa teori untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran   :

a). Teori Thorndike
Teori ini disebut sebagai teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik sebabagi selembar kertas putih, penerima pengetahuan secara pasif. Metode yang digunakan menekankan banyak memberi praktik dan driil (drill & practice)

b). Teori Ausubel
Teori ini mengemukakan perlunya pembelajaran bermakna (meaning theory) dalam matematika. Bermakna yang dimaksud dapat berupa struktur matematika untuk memudahkan pemahaman (understanding). Wujud bermakna dapat berupa pernyataan konsep, bagan, diagram, grafik atau peta.
  
c). Teori Jean Piaget
Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat yaitu: sensorik motor (0-2 th), pra operasional (2-7th), operasional konkrit (7-11 th) dan formal operasional (lebih 11 th). Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkat perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan terutama kemampuan berpikir abstrak.

d).  Teori Vygotsky
Teori ini mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri menjadi belajar kelompok sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dari beraneka ragam antara lain diskusi,  tanya jawab, kerja kelompok dll.

e).  Teori Jerome Bruner
Teori ini berkaitan dengan perkembangan mental anak, yaitu metak anak berkembang mulai dari sederhana ke yang rumit, mudah ke sulit, mulai nyata ke abstrak. Ada tiga tingkatan dalam mengakomodasikan peserta didik yaitu: enactive, iconic dan symbolic

f).  Teori George Polya
Teori ini menyebutkan bahwa suatu masalah merupakan pertanyaan untuk melatih pikiran melalui kegiatan inkuiri, diskusi dan penalaran.

g).  Teori Van Hiele
Teori ini menyebutkan bahwa eksistensi dari lima tingkatan yang berbeda tentang pemikiran geometri yaitu: visualisasi, analisis, deduktif informal, deduktif, rigor.

h).  Teori Freudental
Teori ini dikenal dengan RME (Realistic Mathematik Education)

i).   Teori  Zahorik
Pengetahuan bukan seperangkat fakta yang harus diterima tetapi sesuatu yang harus dirancang bangn atau direkonstruksi sendiri oleh siswa. Pembelajar akan bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajari bukan “mengetahui”.

j).   Teori Gagne
Teori yang menganggap belajar suatu proses sehingga dikenal dengan teori model pemrosesan informasi.

  

Jangan Katakan Ini Kepada Anak Anda

Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anakpun bisa saja terganggu. Nah, bapak dan ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak anda lontarkan untuk buah hati tercinta. Apa itu???

"Pergi Sana! Bapak Mau Sendiri"
Ketika anda kerap melontarkan kata-kata diatas pada anak, maka anak akan berfikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir. "jika anda terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak anda sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal yang sama ketika dewasa".

"Kamu Itu...!!"
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang Ibu mengatakan " Anak saya memang pemalu", maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apapun. Apa lagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka seumur hidup.

"Jangan Nangis"
Atau kata-kata yang serupa seperti "jangan cengeng" atau "nangis melulu". Padahal, untuk anak-anak yang belum dapat mengekspresikan emosi lewat kata-kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Adalah wajar bila anak menangis, merasa sedih atau ketakutan. Sebenarnya wajar juga jika orang tua ingin melindungi anak mereka dari perasaan-perasaan itu. Tapi dengan mengatakan "jangan" tidak berarti anak-anak akan lebih baik. ini juga akan memberikan kesan bahwa emosi mereka tidak benar, bahwa tidak baik untuk merasa takut atau sedih. Lebih baik katakan pada anak bahwa anda memahami perasaan sedih yang dia alami. "ibu paham kamu takut dengan ombak, ibu janji tidak akan melepaskan tanganmu lagi nak?

"Kenapa Kamu Tidak Bisa Seperti Dia?"
"Lihat tuh, Andi rapi banget mengancing bajunya, kok kamu ga bisa". Para pakar menilai wajar apabila orang tua membandingkan anaknya. Ini akan menjadi referensi terhadap perkembangan anak, namun tolong, jangan katakan ini di depan anak-anak. Ini karena tiap anak punya kepribadian sendiri dan tiap anak merupakan individu yang berbeda. Membandingkan anak dengan orang lain berarti anda menginginkan anak anda menjadi orang yang berbeda.

Semoga bermanfaat...

Sumber: http://masimronashari.blogspot.com/2014/03/jangan-katakan-ini-kepada-anak-anda.html

PENGGUNAAN ALAT PERAGA IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:

  • memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
  • memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar
  • mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar
  • bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri
  • mampu menerapkan berbagai konsep IPA
  • mampu menggunakan tekhnologi sederhana
  • mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa (Moh. Surya, 1992: 21).
Tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam, dapat disebut alat peraga Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6)

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar  yang efektif (Nana Sudjana, 2002: 99). Dalam kaitannya dengan pengajaran IPA, keberadaan alat peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Pengajaran pada dasarnya (Nana Sudjana, 2002: 43) adalah suatu proses terjadinya interaksi guru siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru.
Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5).

Peranan alat peraga dalam pembelajaran IPA sebagai proses antara lain memberikan pengalaman langsung dalam belajar, mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dan memperbesar perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru.
Disamping itu nilai praktis alat peraga IPA antara lain dapat menampilkan obyek yang langka dan sulit diamati, dapat melihat gerakan obyek secara langsung dan tidak langsung.
Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1994: 61). Apabila dalam proses belajar mengajar IPA guru tidak menggunakan alat peraga, maka sulit bagi siswa untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak pada kurangnya tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar tak lepas dengan alat peraga yang sangat dibutuhkan oleh guru dan peserta didik.

a. Pengertian Alat Peraga
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang alat peraga, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian atau definisi alat peraga itu sendiri. Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran kita dapat melihatnya dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut pandang, maksud atau tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai pendapat para ahli pendidikan yang menjelaskan pengertian alat peraga.
1) Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, dia mendifinisikan alat peraga sebagai: “ komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
2) Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendifinisikan alat peraga sebagai “wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran”.
3) Wilbur Schramm nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu tehnik untuk menyampaikan pesan.Oleh sebab itu dia mendifinisikan alat peraga, sebagai berikut “Alat
peraga adalah tehnologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran”.

b. Jenis- Jenis Alat Peraga IPA
Khususnya alat peraga IPA telah dikembangkan untuk membantu proses belajar mengajar dengan tujuan anak didik dapat lebih mudah memahami konsep-konsep IPA. Beberapa ahli pendidikan, khususnya ahli tentang media pendidikan telah menggolongkan alat peraga sesuai dengan fungsi, bentuk dan sumber alat peraga tersebut.
Secara umum alat peraga sebagai media pendidikan terdiri dari: 1) bahan –bahan cetakan atau bacaan seperti buku, koran, majalah dan sebagainya. 2) alat-alat audio dan visual, seperti: radio kaset, TV, video, dan lain-lain. 3) sumber-sumber masyarakat, seperti: monument, candi dan peninggalan sejarah lainnya. 4) koleksi benda-benda seperti: koleksi mata uang kuno, koleksi awetan tumbuhan dan hewan. 5) perilaku guru ketika yang dicontohkan kepada siswa. Dengan melihat peranan alat peraga seperti yang telah dijelaskan diatas, maka pembelajaran IPA akan lebih efektif dan lebih nyata.

Lebih jauh secara rinci, kita dapat melihat alat peraga IPA di sekolah dasar sehubungan dengan pendekatan ketrampilan proses, baik bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri.
1. Manfaat alat peraga IPA bagi siswa
- Dapat meningkatkan motivasi belajar
- Dapat menyediakan variasi belajar
- Dapat memberi gambaran struktur yang memudahkan belajar
- Dapat memberikan contoh yang selektif
- Dapat merangsang berpikir analisis
- Dapat memberikan situasi belajar yang tanpa beban atau tekanan (kurang bersifat formal).
2. Manfaat alat peraga IPA bagi guru
- Dapat memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran
- Dapat memberikan sistematika mengajar
- Dapat memudahkan kendali pengajaran
- Dapat membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian
- Dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar
- Dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

Alat peraga merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar (Moh. Surya, 1992: 75). Keberadaan alat bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga) oleh A.Samana (2001: 21) digambarkan dalam diagram berikut.

  • Tujuan Pendidikan (tujuan pengajaran)
  • Guru - Siswa
  • Pendekatan  — Metode  –  Teknik
  • Alat Bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga)

Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6).
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses belajar mengajar (2002: 99-100):
a.    Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantuuntuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b.    Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar
c.    Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran
d.    Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap
e.    Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru
f.    Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar

Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai:

  • Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme
  • Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
  • Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap
  • Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa
  • Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
  • Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa
  • Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105)

  • Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan
  • Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan anak didik
  • Menyajikan alat peraga dengan tepat
  • Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.

R.M. Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah pendidikan penerangan (1995: 6) menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada bahan yang dipakai:
a. Gambar-gambar (lukisan), dalam IPA misalnya Zoologie (gambar-gambar binatang), Botanie (gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan gambar tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan)
b. Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres, bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang.
c. Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia.

REFERENSI
A. Samana, 2001, Sistem Pengajaran, Yogyakarta: Kanisius
Depdikbud, 1994, Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran Kelas IV SD, Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Moh. Surya, 1992, Psikologi Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung
Nana Sudjana, 1990, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, 2002, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Ngalim Purwanto, 1998, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
R.M. Soelarko, 1995, Audio Visual Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Penerangan, Binacipta
Tim Penulis Psikologi Pendidikan, 1993, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPT IKIP Yogyakarta
Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Bruner (dalam Handoyo.1990.148) Teori Belajar.
Gagne (dalam Ismail, 1998) Komponen Sumber Belajar
Waler Klinger (1997) “Metode Pengajaran Ilmu Pendidikan Alam” Nurn Berg :
Erziehung Swiss. Fakultat Der Universitat Erlangen.

Sumber: http://juhji-ilmualam.blogspot.com/2012/03/alat-peraga-ipa.html
        http://dedeawan.wordpress.com/2008/04/01/pentingnya-alat-peraga-dalam-mengajar-ipa/

Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya: (a) learning disorder;
(b) learning disfunction;
(c) underachiever; 
(d) slow learner, dan
(e) learning diasbilities.

Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya….


Macam-Macam Metode Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.


Macam-Macam Metode pembelajaran :

1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
macam-macam metode pembelajaran

Macam-Macam Metode pembelajaran

4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

Demikian macam-macam metode pembelajaran

Semoga dapat menjadi bahan acuan dalam menerapakan metode pembelajaran untuk peserta didik.
Buku acuan : Simamora, Roymond H. (2009). BUKU AJAR PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN. Jakarta : EGC


Read more: METODE PEMBELAJARAN >> Macam-Macam Metode Pembelajaran