Welcome Note

Dear Visitors,
Welcome to this blog. You may or may not find what you are looking for here. In anycase, feel free to look around and browse the content. This is basically a space for me to share what little that I know from my experience and from 'peeping' into others' blogs. Oh, the wonder of internet! I do hope you can get some 'things' from this blog. Enjoy and have a great life!

Senin, 10 Juni 2013

Menjual Sisir di Biara

I read this story in a book (and another blog). It's an interesting read, able to give us lesson as well. Enjoy!


Sebuah perusahaan membuat test terhadap tiga calon staf penjualnya.

Tesnya unik, 
yaitu menjual sisir ϑi komplek Biara Shaolin. Tentu saja, ini cukup unik karena para biksu ϑi sana semuanya gundul ϑαn tak butuh sisir.

Kesulitan ini juga yang membuat calon pertama hanya mampu menjual satu sisir. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.

Tapi, tidak ϑengαn calon kedua. 
Ia berhasil menjual sepuluh sisir, ia tidak menawarkan kepada para biksu, tetapi kpd para turis yang ada ϑi komplek itu, mengingat angin ϑi sana memang besar sehingga sering membuat rambut jadi awut-awutan.

Lalu bagaimana dgn calon ketiga? 
Ia berhasil menjual 500 sisir !
Caranya? 
Ia menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan jika sisir ini bisa jadi souvenir bagus untuk komplek biara tsb.

Kepala biara bisa membubuhkan tanda tangan ϑi atas sisir² tsb ϑαn menjadikannya souvenir para turis. Sang kepala biara pun setuju.

Ini mungkin hanya cerita ilustrasi saja. Tapi dlm kenyataannya hal ini juga sering menjadi gambaran pemikiran banyak orang.

Apa yang sering orang anggap sebagai penghambat terbesar karier mereka ?

Bukankah banyak orang sering kali menyalahkan keadaan? 
Ini yg membuat calon pertama gagal.

Sementara calon kedua, sudah berani berpikir ϑi luar kotak. Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sbg alat merapikan rambut.

Tapi calon ketiga bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.

Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi.

"Segenap kekuatan" bukan hanya terbatas otot atau semangat, tapi juga pikiran, ilmu, ϑαn kerja keras.

Pendek kata, kreativitas otak ϑαn upaya fisik. Itulah potensi dalam diri kita yang dapat dipergunakan...

Let's learn how to maximize our best potentials just like the third comb-seller. Opportunity will present itself if only we care enough to see.

"Sabbe satta bhavantu sukhitatta"
May all Beings be Happy
สัพเพ สัต ตา ภะ วัน ตุ สุขิตัต ตา 

All is Well, by Ajahn Brahm

"Segala Sesuatu Selalu Ada Baiknya, All Is Well" 
Oleh Ajahn Brahm 

Berikut adalah kisah seorang raja yang sangat gemar berburu. Setiap kali berburu, ia selalu mengajak pembantu setianya. Hal yang istimewa dari pembantunya adalah, ia selalu berkata, "Untuk segala sesuatu selalu ada baiknya. Apapun yang dialami dan diterima dalam hidup selalu ada baiknya!" 

Oleh karena itu, jika raja ingin berburu harimau dan hanya mendapatkan seekor kambing gunung, sang pembantu selalu mengingatkan, "Apapun ya ng didapat, selalu ada baiknya." Jika raja mendapatkan binatang buruan yang lebih kecil, ia pun mengatakan, "Inipun pasti ada baiknya." 

Sekali peristiwa, secara tidak sengaja jempol kaki kiri raja tertembak oleh senapannya sendiri. Sang pembantunya mengatakan, "Hal inipun pasti ada baiknya!" Hal itu membuat raja marah dan tidak lagi mengajak pembantunya setiap kali berburu. 

Suatu waktu sang raja melakukan perburuan sendirian. Ia ditangkap oleh suku pedalaman yang gemar makan daging manusia. Raja akan direbus dalam belanga besar. Sang kepala suku memeriksa raja dan mendapati bahwa raja tidak memiliki jempol kaki kiri. Sang raja tidak jadi dikorbankan karena cacat. Akhirnya raja dibebaskan. 

Dari peristiwa itu sang Raja memahami bahwa perkataan pembantunya benar, "Untuk segala sesuatu ada baiknya." Sang raja bergegas pulang dan menjumpai pembantunya. Ia menceritakan semuanya dengan bersemangat. Pada akhir ceritanya ia berkata, "Sayang sekali kau tidak ada di sana bersama saya waktu itu sehingga tidak dapat merasakan ketegangannya!" 

Mendengar hal itu, sang pembantu menjawab, "Saya tidak ada disana saat itupun ada baiknya. Jika saya ada di sana, bisa jadi baginda raja akan dibebaskan dan sayalah yang akan dimasak." 

Berpikir positif untuk setiap hal dalam hidup adalah pilihan yang membuat semua hal yang kita kerjakan tampak indah dan bermakna. Berpikir positif untuk segala sesuatu adalah ciri-ciri jiwa yang sehat. 

Ajahn Brahm is one of my favorite personas. Bringing lots of sunshine  in many people's life. Bringing more perspectives to one's eye. Bringing countless smiles to countless faces.

Senoa Island (A Folklore from Riau Islands)

This is a folklore from Riau Islands. I translated this for my student who won third place in a story telling competition (tingkat Kecamatan). Not bad, considering the time limitation! Hope all of you enjoy this story:


Once upon a time, in a secluded island in Riau Islands, there lived a poor couple, the husband, Baitusen and his wife Mai Lamah.  One day, they decided to go to another island to earn a living. They chose Bunguran island as it is well-known for its sea richness, especially clams and snails.

They started off as common fishermen, just like the native inhabitants of Bunguran island. Every day, Baitusen went off the shore to look for snails, clams, and other kinds of sea shells. While Mai Lamah cleaned and made the shells to become accessories.

Baitusen and his wife were contented to stay in Bunguran island because the people there showed them much kindness and friendship. They lived in a house next to Mak Semah, the village's midwife, who was also very poor but kind-hearted. She often said, "If you ever got sick, just call for me! I will surely come over to help you." Mai Lamah was pleased to hear this.The other neighbors were very kind to them too. In a few short months, Baitusen and Mai Lamah already felt as part of the community.

Time passed by. Baitusen went off to the sea more and more often to search for snails and shells. He started before the sun rose and came back after the sun set. He went off further and further to the shore of East Bunguran. On one fine day, Baitusen found a nest of sea creatures, where he saw thousands of sea cucumbers there. Since then, he never had to search for snails and shells anymore. He took the sea cucumbers and sold them overseas. Dried sea cucumbers sold very well in Singapore and China. He could get a lot of money selling these sea cucumbers.

His luck really changed his life. Baitusen and his wife became a rich fishermen couple. From then on, Baitusen was famous as sea cucumber merchant. Many other traders from far away land visited Bunguran Island to buy the sea cucumbers. Within less than two years, the East Bunguran Shore had become very busy and crowded. Baitusen's wife was by now famously called May Lam. This title made her very proud and she forgot that she was once a poor housewife of a fisherman.

Her daily appearance changed drastically. She now donned red lips, powder and perfume. Her attitude changed as well. She tried to stay away from her neighbors because she thought they smelled fishy. She became very arrogant and  stingy. One afternoon, Mak Semah came to her house to borrow some rice. But alas, instead of a bag of rice, Mak Semah received a scornful remark from May Lam.
"Hey, poor woman. You always come here to borrow rice! How can you repay me?" the arrogant May Lam jeered.

Hearing the insult, Mak Semah just kept her head down. May Lam's husband tried to persuade her, "My dear wife, please listen to her plea. She is our kind neighbor and she has helped us a lot in the past."

"I don't care about the past. Past is past. Now is now," May Lam rudely retorted.

And that's how May Lam reacted to all the poor villagers who came to her house asking for help. Because of that, all her neighbors stayed away from her. 

There came the time when May Lam needed help. She was expecting her baby and would be giving birth soon. The midwife from across the island had not arrived yet. Baitusen tried to get help from Mak Semah and their neighbors. But they did not want to help because they felt disappointed with her attitude.

Baitusen could not bear to see his wife in pain so he quickly brought his wife on a boat to go to the other island. 

"Don't forget to bring our boxes of silver and gold, my husband. Bring them all onto the boat!" the greedy Mai Lamah yelled while writhing in pain.

Baitusen did as his wife told him. After that, they sailed across the sea. The rich merchant laborously attempted to paddle the boat. The further away they went, the rougher the sea became. More and more sea water got into their boat until finally the boat capsized and drowned with all the boxes of silver and gold.

Baitusen and his wife tried to save themselves by swimming ashore towards the eastern Bunguran. Mai Lamah was often dragged down under the surface as she was heavy with her pregnancy and all the gold jewelry that she adorned. Luckily, she managed to hold on to her husband's belt so they were able to get onto the shore. Unfortunately, Bunguran Land no longer wanted to accept Mai Lamah. Suddenly, there was storm and heavy rain coming down from the sky. Lightning stroke here and there accompanied with the sound of roaring thunder. Mai Lamah's body unexpectedly turned into a huge stone. And as time passed, the huge stone became an island.

People call it Senoa, which means one shape two bodies. While the gold and silver covering her body turned into swallow birds. Until now, Senoa island is famous as the breeding place for these swallows.

That's the legend of Senoa Island from Natuna, province of Riau islands. The moral of the story is that being arrogant and stingy are not a good way of socializing. It will bring hardship upon ourselves.

Let me close my story telling with a traditional poem:

A wonderful gift from the God
Beautiful Riau islands as we can see
Being arrogant and stingy we should not
Kind and friendly that's the way to be

We should not forget to be thankful
To God with all his grace
Remember to always be grateful
For everything that we have

That's the end of my story telling. I hope all of you enjoyed the story and can learn good things from it. Thank you very much for your attention.

Have a great day!

Catatan Kecil tentang Pentingnya Pendidikan Karakter

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
Pendidikan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
Menjamin integrasi sosial.
Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
Sumber inovasi sosial.



http://id.wikipedia.org/wiki/
Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.[1] Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.[1] Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:
Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya[2].

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian operan, dan pembelajaran sosial.

http://www.gurubelajar.com/2011/07/pentingnya-pendidikan-karakter.html
Karakter menurut Wikipedia.org adalah pesona identitas seorang tokoh dalam karya fiksi. karakter yang dimaksud dalam pendidikan adalah karakter bangsa Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Karakter bangsa yang diharapkan sesuai dengan deklarasi dalam situs Kemendiknas tentang pendidikan karakter yaitu www.pendidikankarakter.org yaitu. Beriman dan Bertakwa; Jujur dan Bersih; Santun dan Cerdas; Bertanggung Jawab dan Kerja Keras; Disiplin dan Kreatif; Peduli dan Suka Menolong.
Itulah karakter bangsa Indonesia yang diharapkan secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir. olah raga, olah rasa dan karsa.
Olah hati`berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi , persiapan peniruan manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportifitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, pencitraan dan penciptaan.

Sebetulnya apa yang diharapkan dengan adanya pendidikan karakter(character education) tersebut sesuai dengan Teori taksonomi Bloom  dimana pendidikan memiliki tiga domaian yaitu kognitif, afektif dan Psikomotor atau menurut bapa Pendidikan Indonesia  Ki Hajar Dewantara menggunakan istilah lain dengan tiga domain yang maksudnya sama yaitu cipta, rasa dan karsa.

Dalam pendidikan karakter maksudnya agar karakter bangsa seperti yang sudah disebutkan diatas harus terintegrasi pada setiap mata pelajaran, dalam paradigma lama bahwa pendidikan mengutamakan kognitif atau cipta yaitu pengetahuan atau olah pikir maka pada paradigma baru bahwa afektif (rasa) atau sikap bisa juga disebut karakter harus lebih diutamakan karena melihat keadaan bangsa kita ini yang selalu terpuruk dalam berbagai bidang dan berbagai segi mulai dari politik ekonomi hukum pendidikan termasuk moral. Semua itu merupakan kesalahan di masa lalu entah siapa yang salah yang jelas salah dalam cara mendidik bangsa. Di mana pada massa lalu kita mendidik anak-nak yang sekarang sudah jadi birokrat, ekonom, ahli hukum politikus. karena mengutamakan pengetahuan tapi karakter tidak bagus maka akhirnya bisa kita saksikan bersama banyak kebohongan ketidak jujuran korupsi, sepertinya tidak ada hentinya.

Maka dengan adanya pendidikan karakter diharapkan rencana masa depan Indonesia akan lebih baik karena yang namanya pendidikan adalah investasi bangsa dalam jangka panjang.  

Read more: http://www.gurubelajar.com/2011/07/pentingnya-pendidikan-karakter.html#ixzz25H4GZobz


WAWASAN WIYATAMANDALA

A. Arti Wawasan Wiyatamandala

Wawasan berarti pandangan; tinjauan. Wiyata berarti pengajaran; pendidikan. Mandala berarti bulatan; kawasan; lingkungan. Sehingga wawasan wiyatamandala adalah suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan.

Wawasan wiyatamandala merupakan suatu pandangan bahwa suatu proses pendidikan di sekolah akan berhasil jika kita mendudukkan sekolah sesuai dengan fungsinya yakni sebagai lembaga pendidikan tempat berlangsungnya siswa belajar guru mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sekolah sebagai pengemban utama misi pendidikan hendaknya hanya digunakan untuk tujuan Pendidikan. Karena apabila sekolah keluar dari fungsinya, maka jalannya pendidikan akan terganggu dan martabat sekolah sebagai lembaga pendidikan serta merta akan turun. Oleh karena itu, setiap pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan berkewajiban untuk menciptakan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala.

B. MENGAPA WAWASAN WIYATAMANDALA DIPERLUKAN?

Dalam usaha mewujudkan situasi dan kondisi yang aman, tentram dan nyaman selama KBM berlangsung, tentunya ada banyak faktor dan komponen yang harus menjadi perhatian kita semua. Yang perlu kita pahami adalah bahwa semua itu akan menimbulkan dorongan dan rangsangan untuk tetap berusaha menjamin kelancaran proses KBM agar berjalan tertib dan terhindar dari gangguan, baik dari dalam maupun luar sekolah.

Dari hal inilah diperlukan satu kesatuan pandangan yang sama dari warga sekolah mengenai eksistensi sekolah. Kesatuan pandangan inilah yang kita sebut wawasan wiyatamandala.

Konsep wiyatamandala adalah gagasan yang mengikat setiap warga sekolah sebagai suatu wadah dalam menuju tercapainya tujuan pendidikan. Konsep ini harus mampu menjamin tumbuhnya kedinamisan dalam kehidupan di sekolah.

C. ISI WAWASAN WIYATAMANDALA

Dilihat dari konsepnya sebagai gagasan yang dimamis, isi wawasan wiyatamandala adalah :

1. Sekolah merupakan wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tak boleh digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan diluar tujuan pendidikan. Setiap warga sekolah harus dapat menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolahnya.

Selain itu, pelaksanaan KBM harus semakin ditingkatkan, baik bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Semuanya hendaknya dapat dilaksanakan dengan lebih terarah bagi perkembangan anak didik.

2. Wewenang dan tanggung jawab penuh kepala sekolah untuk menyelenggarakan proses pendidikan. Kepala sekolah merupakan “pintu” yang harus dilalui oleh aparat sekolah ataupun masyarakat luar apabila ada hal-hal yang bersangkut paut dengan sekolah.

3. Kerja sama antara guru dan orangtua murid sangatlah diperlukan agar tercipta keserasian antara fungsi pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah.

Guru sebagai pemeran sentral dalam pelaksanaan pendidikan merupakan penyuluh dan pembimbing ke arah masa depan yang lebih baik serta penggerak ke arah kemajuan. Kerja sama antara guru dan orangtua siswa di harapkan dapat menimbulkan pengertian dan membuka pandangan orang tua tentang apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab dalam membimbing anaknya.

4. Guru, didalam maupun diluar sekolah harus mampu menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (di ikuti, dipercaya) dan ditiru. Ia harus dapat memberi contoh, bersikap dan bertindak yang baik sesuai dengan asas ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

5. Sekolah sebagai wiyatamandala harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, tetapi harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang dapat menimbulkan pertentangan. Selain itu sekolah diharapkan menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.

D. PERANAN SISWA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEKOLAH SEBAGAI WAWASAN WIYATAMANDALA

Terciptanya wawasan wiyatamandala disekolah merupakan kewajiban setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan, termasuk siswa. Dalam rangka mewujudkan sekolah sebagai wiyatamandala, beberapa hal yang dapat dilakukan siswa :

1. Berperan secara aktif dan mendukung setiap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan pendidikan.
2. Wajib melaporkan segala gejala dan gangguan yang terjadi disekolah kepada guru atau kepala sekolah.
3. Membantu terciptanya tata tertib di sekolah dengan mematuhinya.
4. Siswa berusaha untuk memanfaatkan waktu seefisien mungkin dalam belajar.
5. Pemanfaatan fasilitas belajar yang ada sebaik mungkin dan menjaganya agar tetap dalam kondisi optimal.
6. Mengikuti kegiatan-kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler yang membantu proses belajar-mengajar.
7. Siswa mengikuti kegiatan berorganisasi melalui OSIS.
8. Menghindari tindakan yang akan menganggu ketertiban dan proses KBM.

Banyak kegiatan yang bisa dan selayaknya dilakukan oleh siswa dalam mewujudkan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala dan tentunya hal ini juga harus di dukung dan diarahkan penuh oleh guru dan kepala sekolah.

Marilah kita upayakan terciptanya Wawasan Wiyatamandala ini agar sekolah dapat berfungsi sesuai dengan statusnya (institusionalisasi) yakni melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan (profesionalisasi) dan pembinaan kehidupan yang sehat dikalangan siswa untuk menghadapi masa depannya.

“Pendidikan itu luar biasa karena laksana air di padang gersang. Pendidikan membantu memperluas cakrawala pandangan kita akan indahnya hidup dengan berbagi ilmu… Bersyukurlah, karena kita bisa menjadi bagian dari Pendidikan”

Pengaruh Kata-kata Positif dalam Membentuk Karakter Anak

Mata Kuliah: Metode Penelitian 

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti serta jasmani anak agar dapat meningkatkan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak tersebut selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendidikan merupakan kegiatan-kegiatan yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani, dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Dalam ensiklopedia bebas, Wikipedia, pendidikan didefinisikan sebagai "usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprbadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya oleh masyarakat".
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu upaya kegiatan yang direncanakan dengan tujuan tertentu yaitu memberikan pengaruh positif yang membantu anak (peserta didik) dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya yang tercermin dalam budi pekerti dan akhlak mulia yang dimilikinya sehingga mereka mampu menjadi sosok manusia yang sesungguhnya, yang berguna bagi dirinya sendiri dan juga masyarakatnya.
2.1.2 pembentukan karakter
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan yang tercipta melalui pembiasaan-pembiasaan terhadap suatu tindakan dalam suatu kondisi tertentu. Karakter bangsa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan dalam Kemendiknas RI adalah beriman dan bertaqwa, jujur dan bersih, santun dan cerdas, bertanggungjawab dan kerja keras, disiplin dan kreatif, peduli dan suka menolong. Demikianlah pembentukan karakter bangsa yang diamanatkan kepada para pendidik dan orang tua, serta masyarakat terhadap generasi muda penerus bangsa ini. Bapak Pendidikan Indonesia mencantumkan tiga domain dalam pendidikan karakter, yaitu cipta (kognitif) rasa (afektif), dan karsa (konatif). Hal ini sejalan dengan apa yang jelaskan oleh Lickona (1991) dalam bukunya Educating for Character, yang memperhatikan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing, kognitif), perasaan tentang moral (moral feeling, afektif) dan tindakan moral (moral action, konatif). Pengertian  kognitif pada diri anak dapat dikembangkan melalui pendidikan formal maupun informal.  Peserta didik belajar dan dibantu untuk mengerti apa nilai - nilai yang berlaku dalam masyarakat dan mengapa nilai itu harus dilakukan untuk memajukan kehidupan mereka.
Menanamkan karakter pada anak memerlukan model atau contoh dari orang-orang dewasa di sekitarnya, khususnya dari para orang tua atau guru sebagai persona yang disegani. Disinilah peranan penting orang tua dan para guru dalam pembentukan karakter seorang anak.
2.1.3 Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Unsur penting dalam pembentukan karakter adalah pikiran. Joseph Murphy mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dua ciri pikiran yang berbeda yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Pada kenyataannya, dalam keseharian kehidupan manusia, pikiran sadar mempengaruhi hanya 12% dari  kemampuan otak sementara pengaruh pikiran bawah sadar jauh lebih signifikan. Menurut penuturan Adi W. Gunawan, seorang hypnotherapist terkenal, pikiran bawah sadar sifatnya sangat sugestif dan dapat mempengaruhi perilaku seorang manusia secara luar biasa. Seorang manusia secara alamiah, dalam rentang usia batita ataupun balita, belum memiliki kemampuan bernalar. Dalam kondisi ini, pikiran bawah sadar  menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya oleh   Orang-orang terdekatnya (orang tua, lingkungan keluarga, pengasuh, dll) diserap dan diterima sepenuhnya tanpa dipilah ataupun dinilai baik atau buruk. Dari sanalah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah mulai terbangun. Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika misalnya seorang anak terlahir dalam suatu keluarga yang sering mengalami keributan, dalam rumah tangga yang suka bertengkar dan berteriak-teriak kepada sesama anggota keluarga,  anak tersebut dapat berkesimpulan sendiri bahwa bertengkar dan berteriak merupakan suatu hal yang 'normal dan sah-sah saja' dalam berkehidupan sehari-hari. Jangan heran bila lantas sang anak menjadi seorang anak yang pemarah. Namun apabila orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab dan harmonis, berkata lembut dan penuh kasih sayang, anak akan membawa karakter dan kebiasaan yang itu ke dalam pergaulannya. Semua ini akan berdampak saat mereka tumbuh dewasa.
2.1.4 Pengaruh Kata-kata Positif
Kata-kata positif atau kalimat positif adalah ucapan-ucapan yang berkonotasi baik dan memberikan perasaan menyenangkan bagi yang mendengarnya. Kata-kata baik yang diucapkan dengan perasaan yang baik, mampu memancarkan aura positif yang dapat mempengaruhi suasana hati  menjadi positif pula. 
Penelitian Dr. Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata positif terhadap benda-benda, seperti air, mampu mengubah kristal air menjadi sangat indah, dibandingkan ketika air yang sama diberi penguatan kata-kata negatif yang membuat kristal air tersebut rusak tak berbentuk. Bayangkan pengaruh kata-kata terhadap diri kita, manusia yang 70% tubuhnya terdiri dari cairan. 
Pada dasarnya, kata-kata yang diucapkan oleh manusia memberikan getaran yang menyampaikan perasaan kita terhadap manusia yang lain. Demikian pula halnya saat kita menggunakan kata-kata positif terhadap anak, tersampaikan pulalah perasaan kita yang positif itu sehingga membekas di hati anak dan berperan dalam pemilihan kata yang akan digunakan oleh anak tersebut yang pada waktunya akan turut membentuk karakter dan kepribadiannya.

3 Joseph Murphy D.R.S., Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, (Jakarta, SPEKTRUM, 2002), h. 6.

4 Adi W. Gunawan, Hypnosis – The Art of Subconscious Communication, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) h. 27-30.



The Root of Problems

All problems that we have, are basically caused by ourselves. And it takes courage to admit this simple truth. Once we acknowledge this, most problems can be solved, if not all.
Many times we feel that other people are against us, that they are always trying to get at us, that everyone is angry at us. This cause us to feel apathy towards most people around us, looking at them with distrust and contempt. If we look at this closely, it is aparent that infact, we are the one who is projecting the negative vibes to those around us, and they simply reflect our own light. So why not project positive vibes so that WE will get good lights back at us...
Often times it was simply our one-sided perception that misguided us in the direction that we chose to take.

Duality

This is a case of two faces on a coin. There are always two opposite things happening at the same time in everything we do. When we try to help others, we are helping ourselves too. When some people do not agree with what we do, others applaud us aloud. When we are in pain, others may gain. When we fail, it means there are others who succeed. 

Life is full of dualities... Happy now, only means we'll be unhappy some later time. Being under the wheel only means we'll get on top some other time. Getting angry, others get hurt. This will apply to us as well.  The haves are considered rich because there are the poor. Smart people look so smart compared to the so-called unintelligents. 

We can find dualities everywhere. As long as this world exists, dualities will always persist. When we realize this condition, we'll be able to accept whatever happens to us with more clarity, as we know that we are part of this duality thing. If we refuse to acknowledge this, try to deny this, it will be causing more sufferings on our mental and resulting restlessness of our mind. Accepting does not mean resigning to our fate. It is simply realizing the condition we are in, accepting the condition by not getting angry to anyone (even to ourselves) or anything. This realization should be followed by a feeling of hope and the effort to rectify whatever plight we are currently in, in a rightful way of course. Then again, if we are enjoying good fortune, by realizing about this duality, we should also understand that this could change so that we do not get too attached to it.

Live the life we're in, now, live in this moment. Good, bad, it all will go round until the end of the world..and the beginning of another. Enjoy! (yl/May/2013)