Welcome Note

Dear Visitors,
Welcome to this blog. You may or may not find what you are looking for here. In anycase, feel free to look around and browse the content. This is basically a space for me to share what little that I know from my experience and from 'peeping' into others' blogs. Oh, the wonder of internet! I do hope you can get some 'things' from this blog. Enjoy and have a great life!

Selasa, 02 Juni 2015

PENGGUNAAN ALAT PERAGA IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:

  • memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
  • memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar
  • mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar
  • bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri
  • mampu menerapkan berbagai konsep IPA
  • mampu menggunakan tekhnologi sederhana
  • mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa (Moh. Surya, 1992: 21).
Tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam, dapat disebut alat peraga Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6)

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar  yang efektif (Nana Sudjana, 2002: 99). Dalam kaitannya dengan pengajaran IPA, keberadaan alat peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Pengajaran pada dasarnya (Nana Sudjana, 2002: 43) adalah suatu proses terjadinya interaksi guru siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru.
Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5).

Peranan alat peraga dalam pembelajaran IPA sebagai proses antara lain memberikan pengalaman langsung dalam belajar, mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dan memperbesar perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru.
Disamping itu nilai praktis alat peraga IPA antara lain dapat menampilkan obyek yang langka dan sulit diamati, dapat melihat gerakan obyek secara langsung dan tidak langsung.
Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1994: 61). Apabila dalam proses belajar mengajar IPA guru tidak menggunakan alat peraga, maka sulit bagi siswa untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak pada kurangnya tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar tak lepas dengan alat peraga yang sangat dibutuhkan oleh guru dan peserta didik.

a. Pengertian Alat Peraga
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang alat peraga, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian atau definisi alat peraga itu sendiri. Berbicara tentang alat peraga sebagai media pendidikan dan pengajaran kita dapat melihatnya dalam pengertian yang luas maupun terbatas. Berbagai sudut pandang, maksud atau tujuan tertentu menyebabkan timbulnya berbagai pendapat para ahli pendidikan yang menjelaskan pengertian alat peraga.
1) Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, dia mendifinisikan alat peraga sebagai: “ komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
2) Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendifinisikan alat peraga sebagai “wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran”.
3) Wilbur Schramm nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu tehnik untuk menyampaikan pesan.Oleh sebab itu dia mendifinisikan alat peraga, sebagai berikut “Alat
peraga adalah tehnologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran”.

b. Jenis- Jenis Alat Peraga IPA
Khususnya alat peraga IPA telah dikembangkan untuk membantu proses belajar mengajar dengan tujuan anak didik dapat lebih mudah memahami konsep-konsep IPA. Beberapa ahli pendidikan, khususnya ahli tentang media pendidikan telah menggolongkan alat peraga sesuai dengan fungsi, bentuk dan sumber alat peraga tersebut.
Secara umum alat peraga sebagai media pendidikan terdiri dari: 1) bahan –bahan cetakan atau bacaan seperti buku, koran, majalah dan sebagainya. 2) alat-alat audio dan visual, seperti: radio kaset, TV, video, dan lain-lain. 3) sumber-sumber masyarakat, seperti: monument, candi dan peninggalan sejarah lainnya. 4) koleksi benda-benda seperti: koleksi mata uang kuno, koleksi awetan tumbuhan dan hewan. 5) perilaku guru ketika yang dicontohkan kepada siswa. Dengan melihat peranan alat peraga seperti yang telah dijelaskan diatas, maka pembelajaran IPA akan lebih efektif dan lebih nyata.

Lebih jauh secara rinci, kita dapat melihat alat peraga IPA di sekolah dasar sehubungan dengan pendekatan ketrampilan proses, baik bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri.
1. Manfaat alat peraga IPA bagi siswa
- Dapat meningkatkan motivasi belajar
- Dapat menyediakan variasi belajar
- Dapat memberi gambaran struktur yang memudahkan belajar
- Dapat memberikan contoh yang selektif
- Dapat merangsang berpikir analisis
- Dapat memberikan situasi belajar yang tanpa beban atau tekanan (kurang bersifat formal).
2. Manfaat alat peraga IPA bagi guru
- Dapat memberikan pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran
- Dapat memberikan sistematika mengajar
- Dapat memudahkan kendali pengajaran
- Dapat membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian
- Dapat membangkitkan rasa percaya diri dalam mengajar
- Dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

Alat peraga merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar (Moh. Surya, 1992: 75). Keberadaan alat bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga) oleh A.Samana (2001: 21) digambarkan dalam diagram berikut.

  • Tujuan Pendidikan (tujuan pengajaran)
  • Guru - Siswa
  • Pendekatan  — Metode  –  Teknik
  • Alat Bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga)

Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6).
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses belajar mengajar (2002: 99-100):
a.    Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantuuntuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b.    Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar
c.    Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran
d.    Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap
e.    Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru
f.    Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar

Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai:

  • Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme
  • Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
  • Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap
  • Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa
  • Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
  • Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa
  • Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105)

  • Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan
  • Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan anak didik
  • Menyajikan alat peraga dengan tepat
  • Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.

R.M. Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah pendidikan penerangan (1995: 6) menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada bahan yang dipakai:
a. Gambar-gambar (lukisan), dalam IPA misalnya Zoologie (gambar-gambar binatang), Botanie (gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan gambar tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan)
b. Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres, bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang.
c. Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia.

REFERENSI
A. Samana, 2001, Sistem Pengajaran, Yogyakarta: Kanisius
Depdikbud, 1994, Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran Kelas IV SD, Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Moh. Surya, 1992, Psikologi Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung
Nana Sudjana, 1990, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, 2002, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Ngalim Purwanto, 1998, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
R.M. Soelarko, 1995, Audio Visual Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Penerangan, Binacipta
Tim Penulis Psikologi Pendidikan, 1993, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPT IKIP Yogyakarta
Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Bruner (dalam Handoyo.1990.148) Teori Belajar.
Gagne (dalam Ismail, 1998) Komponen Sumber Belajar
Waler Klinger (1997) “Metode Pengajaran Ilmu Pendidikan Alam” Nurn Berg :
Erziehung Swiss. Fakultat Der Universitat Erlangen.

Sumber: http://juhji-ilmualam.blogspot.com/2012/03/alat-peraga-ipa.html
        http://dedeawan.wordpress.com/2008/04/01/pentingnya-alat-peraga-dalam-mengajar-ipa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar