Welcome Note

Dear Visitors,
Welcome to this blog. You may or may not find what you are looking for here. In anycase, feel free to look around and browse the content. This is basically a space for me to share what little that I know from my experience and from 'peeping' into others' blogs. Oh, the wonder of internet! I do hope you can get some 'things' from this blog. Enjoy and have a great life!

Minggu, 17 Mei 2015

UT/semester IX - Pembaruan Pembelajaran: RESUME MODUL 6

Aplikasi Pembelajaran Terpadu dan Pembelajaran Kelas Rangkap

KB 1 - Aplikasi Pembelajaran Terpadu

A.   Hakikat Pembelajaran Terpadu
Esensi dari pembelajaran terpadu terangkum dalam beberapa kata kunci yaitu integrasi, satu atau beberapa mata pelajaran, dan memusatkan pembelajaran. Ada beragam terminologi ataupun istilah pembelajaran terpadu seperti pendekatan infusi ataupun pendekatan interdisipliner bidang studi. Tahun 1930-an pandangan pendidikan mengarah kepada siswa sebagai pusat pembelajaran. Dengan pendekatan terpadu, kurikulum yang dirancang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa di kelas dan memantapkan penguasaan materi pelajaran.

Dasar penggunaan pembelajaran terpadu adalah:
1.      Sesuai dengan cara pandang siswa dalam memperhatikan atau mempelajari kehidupan.
2.      Memungkinkan untuk melihat keterkaitan dan hubungan dari setiap mata pelajaran yang bisa jadi memang berdekatan.
3.      Memfasilitasi irama proses belajar siswa sehingga gaya dan tingkatan proses belajar siswa tidak selalu dihambat dengan adanya mata pelajaran secara konstan selalu berganti.
4.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mengikuti lingkaran proses belajar mereka sendiri.

B.   Model-model Pembelajaran Terpadu
Berawal dari bentuk kurikulum tradisional, melalui perkembangan studi komparasi, akhirnya ditemukan model-model kurikulum yang berorientasi pada pembelajaran yang terpadu, yakni:
1.      Model Kurikulum yang Berorientasi pada Satuan Mata Pelajaran yang Terpisah-pisah
Model pembelajaran tradisional ini, sering dijumpai di SMP dan SMA, tidak mengaitkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Terdiri dari:
a.      Model Penggalan (Fragmented Model). Yaitu model pembelajaran tradisional yang tidak saling terkait.
b.      Model Terkait (Connected Model). Yaitu berpusat pada masing-masing mata pelajaran namun guru dapat mengaitkan atau menghubungkan topik atau konsep yang satu dengan lainnya. Mudah dilakukan di tingkat SD.
c.       Model Sarang (Nested Model). Yaitu mata pelajaran diberikan secara terpisah tetapi ada target multi keterampilan pada masing-masing mata pelajaran yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran untuk dicapai siswa.
2.      Model Kurikulum yang Berorientasi pada Lintasan beberapa Mata Pelajaran.
a.      Model Urutan (Sequenced Model).
Beberapa topik dari suatu mata pelajaran diorganisasikan kembali dan diurutkan agar dapat bertepatan dengan guru mata pelajaran lain dengan topic yang sama. Dengan kata lain, beberapa guru mengajar mata pelajaran berbeda dengan topik yang sama.
b.      Model Terbagi (Shared Model).
Dua mata pelajaran diajarkan dengan konsep-konsep dan keterampilan yang sama. Misalnya mengajarkan IPS dan PPKn bersamaan menggunakan UUD 1945 dan catatan sejarah.
c.       Model Terjala (Webbed Model).
Dengan pendekatan tematik, berangkat dari sebuah tema yang dibangun bersama. Tema diangkat berdasarkan beberapa topik pada beberapa mata pelajaran.
d.      Model Untaian (Threaded Model).
Pendekatan metakurikuler digunakan untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa dengan berbagai mata pelajaran. Membutuhkan kematangan berpikir dari para siswa.
e.      Model Terpadu (Integrated Model).
Guru masing-masing mata pelajaran bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang berkaitan untuk membangun konsep dan keterampilan.
3.      Model kurikulum yang berorientasi pada siswa. Para siswa sebagai individu-individu yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda membentuk jaringan kerja sama. Terdiri atas:
a.      Model terlebur (Immersed Model).
Seluruh mata pelajaran merupakan bagian dari sudut pandang keahlian para siswa secara individual. Siswa menyaring sendiri seluruh konsep yang dipelajarinya dan meleburkan diri mereka dalam pengalaman melalui kegiatan yang dialaminya.
b.      Model jaringan kerja (Networked Model)
Para siswa menyaring seluruh topik yang akan dipelajarinya melalui kacamata pengalaman mereka masing-masing, dan membangun hubungan internal yang akan membantu mereka menciptakan jaringan kerja sama di antara para ahli yang sesuai dengan bidangnya.

Dalam praktiknya, implementasi ke sepuluh model pembelajaran terpadu sangat bervariasi. Aplikasi dari berbagai model pembelajaran terpadu bias sangat luwes. Model Terkait (Connected Model) dan model Terjala (Webbed Model) adalah yang paling banyak dijumpai dalam pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar.

Lima model pembelajaran terpadu oleh Ross & Karen Olsen (1993):
1.      Model keterpaduan dalam satu mata pelajaran. Dimana disajikan materi dari satu mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2.      Model terkoordinasi. Menekankan peranan dua orang guru atau lebih yang mengajar mata pelajaran berbeda namun membentuk kerja sama.
3.      Model pembelajaran keterpaduan materi inti. Seorang guru mengajar mata pelajaran tertentu (misalnya matematika dengan pelajaran fisika sebagai mapel inti) kepada sekelompok siswa selama 2 atau 3 semester.
4.      Model pembelajaran keterpaduan ganda materi inti. Dua guru sekaligus mengajar sekelompok siswa untuk dua mapel intj secara terpadu.
5.      Model pembelajaran terpadu bentuk mata pelajaran inti yang mandiri. Seorang guru mengajar beberapa mapel tetap yang dikemas dalam satu atau dua topik kepada sekelompok siswa.

Fogarty (1993) menegaskan bahwa model-model pembelajaran terpadu seperti diatas bukanlah satu-satunya yang dikembangkan. Model-model tersebut dapat dimodifikasi dan dikembangkan sesuai dengan kondisi kelas.

C.   Aplikasi Pembelajaran Terpadu
Kiat-kiat membuat perencanaan awal untuk model pembelajaran terpadu:
1)      pikirkan topik yang dekat dengan dunia siswa.
2)      pertimbangkan konsep atau keterampilan yang ingin disajikan.
3)      kuasai materi pelajaran dan kurikulum.
4)      kumpulkan bahan-bahan
5)      rencanakan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman
6)      rencanakan waktu yang digunakan
7)      observasi dan evaluasi pemb terpadu tsb

Inti dari definisi pembelajaran terpadu adalah integrasi satu atau beberapa mata pelajaran, dan memusatkan pembelajaran. Pembelajaran terpadu sesuai dengan cara pandang siswa dalam memperhatikan aspek kehidupan, sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran mereka sendiri. Hal terpenting dari implementasi pembaruan pembelajaran seperti pembelajaran terpadu ini adalah cara pandang guru yang terbuka, luwes, pantang menyerah, dan mau belajar.





KB 2 - Aplikasi Pembelajaran kelas rangkap

A.   Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh satu atau beberapa orang guru yang pada pembelajarannya difokuskan kepada kemajuan individual bagi para siswanya. Yang terjadi di sekolah-sekolah terpencil di Indonesia adalah banyak guru yang merangkap kelas karena kekurangan jumlah pengajar, bukan karena tujuan atau alas an pendidikan. Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang ada di daerah terpencil hingga menjadi pembelajaran kelas rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas. Maka muncul bentuk-bentuk baru kelas rangkap, membuat pengaturan  tempat duduj di kelas menyebar. Menurut Yates (2000), pembelajaran kelas rangkap yang memungkinkan siswa belajar bersama guru yang sama selama lebih dari satu tahun sehingga terbentuk rasa aman, percaya, dan enak satu sama lainnya sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman.
       Sebenarnya, dalam kelas tradisional dengan satu tingkat, juga berisikan para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan kemampuan  dan mungkin usia sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan.
Reformasi konsep-konsep pendidikan mendukung berkembangnya konsep-konsep baru tentang pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alas an atau manfaat pendidikan dari penerapan pembelajaran kelas rangkap.  Para administrator dan pembaru-pembaru pendidikan mengeksplorasi manfaat dari pendekatan pengelolaan kelas ini dan menemukan keuntungan pendidikan yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa aspek utama dari manfaat penggunaan pembelajaran kelas rangkap adalah terbangunnya iklim kekeluargaan dalam kelas. Para siswa merasa lebih nyaman dan lebih mudah menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang diberikan guru. Anderson dan Pavan (1993) mengutarakan bahwa filosofi dasar dari pembelajaran kelas rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu sebagai seorang yang unik dan membutuhkan perlakukan berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimum.

B.   Pro dan Kontra tentang Efektifitas Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran kelas rangkap dianggap sebagai terobosan dalam pendekatan pengelolaan kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih efektif namun hanya cocok  diterapkan di tingkat sekolah dasar.  
Beberapa ahli mengemukakan kerugian atas penerapan pembelajaran kelas rangkap. Katz (1996), menandai adanya potensi resiko pembelajaran kelas rangkap yaitu siswa yang lebih muda dapat merasa dilampaui oleh teman sekelasnya yang lebih mampu dan menjadi sangat tergantung pada siswa yang lebih tua untuk menolong, sedangkan para siswa yang lebih tua tidak merasa tertantang dalam kelas dan menjadi lebih berkuasa terhadap siswa dibawahnya. Temuan Andayani (1996) bahwa orang tua melihat adanya kelas rangkap yang meminimalisasi pekerjaan rumah menyebabkan anak-anak menjadi malas karena jarang belajar di rumah. Guru juga mengalami kesulitan mengelola kelas dan menjaga disiplin karena pencampuran siswa dari berbagai tingkatan kelas yang memiliki perbedaan kemampuan yang ekstrem.
Di sisi lain, para pendidik yang mendapatkan manfaat dari diadakannya penerapan kelas rangkap mendukung pengembangan pendekatan ini, bahkan untuk di tingkat SMP dan SMA. Para siswa dapat berkembang dengan perpaduan antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kooperatif, kelompok yang beragam, tugas yang menunjang perkembangan, pendekatan tutor multi usia, waktu yang luwes, dan evaluasi yang positif.
Terdapat keterkaitan teori belajar dengan pembelajaran kelas rangkap, yakni:
1.      Teori perkembangan kognitif dari Piaget menunjukkan kebutuhan siswa untuk membangun pengetahuan melalui proses belajar dan juga menunjukkan kebutuhan siswa untuk meraih kesempatan berinteraksi secara fisik dengan sesame teman.
2.      Teori perkembangan sosial oleh Lev Vygotsky menekankan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi untuk pertumbuhan kognitif siswa.
3.      Teori atribut dari Bernard Weiner memberikan sumbangan pelaksanaan kelas rangkap dengan pemberian motivasi secara internal bagi siswa dan guru yang membantu siswanya belajar karena memang siswa tersebut memiliki keinginan untuk belajar.
4.      Teori belajar sosial dari Albert Bandura menunjukkan bahwa proses belajar yang banyak terjadi dilalui dengan pendekatan model observasi. Model ini merupakan langkah utama dari pembelajaran kelas rangkap.

C.   Model-model Pembelajaran Kelas Rangkap
Beberapa model pembelajaran kelas rangkap yang dapat dikembangkan di Indonesia:
1.      Model 221
Yaitu guru atau tim mengelola para siswa dari dua tingkatan berbeda dalam satu ruangan. Misalnya guru dapat mengatur siswa kelas 2 duduk di sebelah kanan dan siswa kelas 3 di sebelah kiri. Dengan pembelajaran model terjala atau terpadu, guru bisa mengembangkan dua mata pelajaran dengan topic yang sama atau melalui sebuah tema yang menarik. Lebih efektif dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam satu ruangan yang cukup luas.
2.      Model 222
Guru atau tim mengelola siswa dari 2 tingkatan kelas berbeda dengan fokus dua mata pelajaran berbeda ataupun sama pada dua ruangan kelas yang bersebelahan dan dihubungkan sebuah pintu. Model ini lebih rumit karena guru harus mengelola dua ruangan berbeda pada saat bersamaan. Lebih baik dikelola bersama tim, atau dibantu siswa yang lebih tua dan mempunyai kemampuan lebih dibanding siswa lainnya.
3.      Model 333
Guru atau tim mengelola siswa dari tiga tingkatan kelas berbeda dengan tiga mata pelajaran berbeda ataupun sama pada tiga ruangan kelas. Dapat terjadi di daerah terpencil yang kekurangan guru. Dapat juga dilakukan di satu atau dua ruangan dengan pengaturan tempat duduk bagi kelas yang jumlah siswanya sedikit.
Untuk negara-negara yang ditunjang dengan kebijakan pendidikan yang kuat, model-model pembelajaran kelas rangkap yang berkembang juga sangat bervariasi. Melihat keuntungan pendidikan yang dirancang, model pembelajaran kelas rangkap yang dikembangkan adalah model di mana guru atau tim guru mengelola 2 atau 3 tingkatan kelas sekaligus dengan satu atau beberapa mata pelajaran dalam satu ruangan.
D.   Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap
Hakikat dari pembelajaran kelas rangkap adalah adanya tujuan-tujuan pendidikan lainnya, selain penguasaan konsep, sehingga guru harus dapat menggunakan situasi dan kondisi pembelajaran kelas rangkap untuk membentuk belajar mandiri sekaligus belajar bekerja sama antarkelompok.
Yang perlu diperhatikan dan ditekankan dalam pembelajaran kelas rangkap adalah:
1.      Kelompok siswa yang mempunyai berbagai kemampuan, selain latar belakang usia berbeda. Meningkatkan kualitas kelompok siswa yang heterogen sehingga terjadi pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan.
2.      Developmentally Appropriate Practices, sebagai suatu komponen dari kurikulum dan sebagai metode pembelajaran yang didasarkan atas perkembangan kemampuan siswa. Dalam aplikasinya, digunakan pengalaman belajar yang aktif dari siswa, berbagai strategi pembelajaran, keseimbangan antara aktifitas yang terfokus pada guru dan pada siswa, pembelajaran terpadu, dan pemusatan proses belajar.
3.      Pola kelompok yang luwes untuk belajar. Siswa bekerja dalam berbagai kelompok kerja, misalnya secara mandiri, berpasangan (berdua), kelompok kecil, kelompok besar, dan seluruh siswa bersamaan. Dibutuhkan strategi pengelolaan kerja kelompok yang sesuai dengan situasi dan fasilitas belajar untuk setiap individu siswa.
4.      Siswa belajar secara kontinum: dari materi termudah hingga tersulit, dari konsep sederhana hingga rumit, sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga membutuhkan waktu yang berkesinambungan dan berlanjut.
5.      Adanya tim kerja yang professional. Dikembangkan iklim kolaborasi yang positif di antara guru bahkan dengan guru sekolah lain. Perlu dibangun profesionalisme secara terus-menerus dengan kegiatan tukar pikiran dan pendapat serta rencana.
6.      Assessment otentik. Menuntut siswa mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang menggambarkan pemecahan masalah dan situasi yang realistis seperti dalam kehidupan sehari-hari. Mempertimbangkan keseluruhan aspek kehidupan yang meliputi siswa yakni aspek sosial, emosional, fisik, dan kognitif.
7.      Pelaporan secara kualitatif, berisi sejauh mana siswa berkembang dan memenuhi standar pendidikan yang ditetapkan. Dimaksudkan untuk menjalin komunikasi antara sekolah dengan orang tua. Dapat berbentuk ceklis perkembangan siswa, portofolio, laporan kemajuan siswa, pertemuan orang tua-guru, catatan anekdotal, bahkan video.
8.      Keterlibatan orang tua dan pemahaman mereka terhadap tujuan dan alasan dari pembelajaran kelas rangkap. Dalam proses pembelajaran sewaktu-waktu di kelas, dukungan dana, dan bantuan belajar di rumah.


Selain delapan komponen di atas, kunci keberhasilan pembelajaran kelas rangkap adalah kerja keras guru dan banyak berlatih secara bertahap dapat menyempurnakan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran kelas rangkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar