Mata Kuliah : Metode
Penelitian (IDIK 4007)
Tutor : Bpk. Ibnu Harris, S. Kom
Nama Mahasiswa : Yenny Lies
NIM : 819 975 249
Semester/kelas : 6 (enam) / C
Registrasi : 2012.2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1 Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan budi pekerti serta jasmani anak agar dapat meningkatkan
kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak tersebut selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Pendidikan merupakan kegiatan-kegiatan yang sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan,
jasmani, dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada
tujuannya yang paling tinggi.
Dalam ensiklopedia bebas, Wikipedia, pendidikan
didefinisikan sebagai "usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keprbadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya oleh masyarakat".
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakikatnya
adalah suatu upaya kegiatan yang direncanakan dengan tujuan tertentu yaitu
memberikan pengaruh positif yang membantu anak (peserta didik) dalam
pembentukan karakter dan kepribadiannya yang tercermin dalam budi pekerti dan
akhlak mulia yang dimilikinya sehingga mereka mampu menjadi sosok manusia yang
sesungguhnya, yang berguna bagi dirinya sendiri dan juga masyarakatnya.
2.1.2 Pembentukan Karakter
Karakter adalah tabiat atau kebiasaan yang tercipta
melalui pembiasaan-pembiasaan terhadap suatu tindakan dalam suatu kondisi
tertentu. Karakter bangsa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan dalam
Kemendiknas RI adalah beriman dan bertaqwa, jujur dan bersih, santun dan
cerdas, bertanggungjawab dan kerja keras, disiplin dan kreatif, peduli dan suka
menolong. Demikianlah pembentukan karakter bangsa yang diamanatkan kepada para
pendidik dan orang tua, serta masyarakat terhadap generasi muda penerus bangsa
ini.
Bapak Pendidikan Indonesia mencantumkan tiga domain
dalam pendidikan karakter, yaitu cipta (kognitif) rasa (afektif), dan karsa
(konatif). Hal ini sejalan dengan apa yang jelaskan oleh Lickona (1991) dalam
bukunya Educating for Character, yang memperhatikan pentingnya tiga komponen
karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing, kognitif),
perasaan tentang moral (moral feeling, afektif) dan tindakan moral (moral
action, konatif). Pengertian kognitif
pada diri anak dapat dikembangkan melalui pendidikan formal maupun
informal. Peserta didik belajar dan
dibantu untuk mengerti apa nilai - nilai yang berlaku dalam masyarakat dan
mengapa nilai itu harus dilakukan untuk memajukan kehidupan mereka.
Menanamkan karakter pada anak memerlukan model atau
contoh dari orang-orang dewasa di sekitarnya, khususnya dari para orang tua
atau guru sebagai persona yang disegani. Disinilah peranan penting orang tua
dan para guru dalam pembentukan karakter seorang anak.
Adi W. Gunawan dalam bukunya Quantum Life
Transformation, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, h. 282-283)
mengungkapkan bahwa proses pendidikan keluarga dan perlakuan yang diterima oleh
seorang anak dari orang tua dalam proses pertumbuhannya, termasuk kata-kata
yang biasa dilontarkan oleh orang tua dan anggota keluarga lain di sekitarnya,
sangat mempengaruhi proses tumbuhkembang psikologis anak tersebut. Jika
misalnya seorang anak terlahir dalam suatu keluarga yang sering mengalami
keributan, dalam rumah tangga yang suka bertengkar dan berteriak-teriak kepada
sesama anggota keluarga, anak tersebut
dapat berkesimpulan sendiri bahwa bertengkar dan berteriak merupakan suatu hal
yang 'normal dan sah-sah saja' dalam berkehidupan sehari-hari. Jangan heran
bila lantas sang anak menjadi seorang anak yang pemarah. Namun apabila orang
tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang
akrab dan harmonis, berkata lembut dan penuh kasih sayang, anak akan membawa
karakter dan kebiasaan yang itu ke dalam pergaulannya. Semua ini akan berdampak
saat mereka tumbuh dewasa.
2.1.3 Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Unsur penting dalam pembentukan karakter adalah
pikiran. Joseph Murphy mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dua ciri
pikiran yang berbeda yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah
sadar (subconscious mind). Pada kenyataannya, dalam keseharian kehidupan
manusia, pikiran sadar mempengaruhi hanya 12% dari kemampuan otak sementara pengaruh pikiran bawah
sadar jauh lebih signifikan.
Menurut penuturan Adi W. Gunawan, seorang
hypnotherapist terkenal, pikiran bawah sadar sifatnya sangat sugestif dan dapat
mempengaruhi perilaku seorang manusia secara luar biasa. Seorang manusia secara
alamiah, dalam rentang usia batita ataupun balita, belum memiliki kemampuan
bernalar. Dalam kondisi ini, pikiran bawah sadar menerima apa saja informasi dan stimulus yang
dimasukkan ke dalamnya oleh Orang-orang
terdekatnya (orang tua, lingkungan keluarga, pengasuh, dll) diserap dan
diterima sepenuhnya tanpa dipilah ataupun dinilai baik atau buruk. Dari
sanalah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah mulai terbangun. Pondasi
tersebut adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri.
2.1.4 Pengaruh Kata-kata Positif
Kata-kata
positif atau kalimat positif adalah ucapan-ucapan yang berkonotasi baik dan
memberikan perasaan menyenangkan bagi yang mendengarnya. Kata-kata baik yang
diucapkan dengan perasaan yang baik, mampu memancarkan aura positif yang dapat
mempengaruhi suasana hati menjadi
positif pula.
Penelitian
Dr. Masaru Emoto tentang pengaruh kata-kata positif terhadap benda-benda,
seperti air, mampu mengubah kristal air menjadi sangat indah, dibandingkan
ketika air yang sama diberi penguatan kata-kata negatif yang membuat kristal
air tersebut rusak tak berbentuk. Bayangkan pengaruh kata-kata terhadap diri
kita, manusia yang 70% tubuhnya terdiri dari cairan.
Pada
dasarnya, kata-kata yang diucapkan oleh manusia memberikan getaran yang
menyampaikan perasaan kita terhadap manusia yang lain. Demikian pula halnya saat
kita menggunakan kata-kata positif terhadap anak, tersampaikan pulalah perasaan
kita yang positif itu sehingga membekas di hati anak dan berperan dalam
pemilihan kata yang akan digunakan oleh anak tersebut yang pada waktunya akan
turut membentuk karakter dan kepribadiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar